Lokasi Kami
Hubungi Kami
Kirim Email
Jam kerja
Senin sampai Sabtu, 09.00-18.00
Senin sampai Sabtu, 09.00-18.00
Ostitis alveolar, atau yang lebih dikenal sebagai dry socket, adalah komplikasi penyembuhan yang umum terjadi setelah pencabutan gigi. Penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risikonya. Trauma akibat pencabutan gigi, infeksi, suplai darah yang tidak optimal, serta faktor sistemik lainnya berperan dalam kondisi ini. Risiko ostitis alveolar lebih tinggi pada rahang bawah dibandingkan rahang atas, terutama di area molar bawah. Dry socket juga lebih sering terjadi setelah prosedur pencabutan yang sulit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih rentan mengalami kondisi ini dibandingkan pria, dengan risiko yang lebih tinggi pada usia lanjut. Selain itu, perubahan hormonal yang terjadi selama siklus menstruasi dan penggunaan kontrasepsi oral (pil KB) juga dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan terkena dry socket. Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa keseimbangan hormonal dapat memainkan peran dalam proses penyembuhan setelah pencabutan gigi.
Penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya dry socket. Vasokonstriktor ditambahkan ke dalam anestesi untuk memperpanjang efek analgesia dengan cara mengurangi aliran darah ke area yang dianestesi. Hal ini mengurangi jumlah anestesi yang terserap ke dalam sirkulasi darah, sehingga efeknya bertahan lebih lama di jaringan lokal. Namun, berkurangnya aliran darah juga dapat menghambat pembentukan dan stabilitas bekuan darah, yang merupakan faktor utama dalam penyembuhan setelah pencabutan gigi.
Risiko dry socket lebih tinggi ketika gigi yang dicabut mengalami periodontitis apikal akut atau pulpitis, dibandingkan dengan pencabutan gigi yang sehat atau yang mengalami kerusakan periodontal. Sebagai contoh, gigi bungsu yang tidak mengalami perikoronitis memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami dry socket setelah pencabutan.
Merokok merupakan faktor risiko lain dari ostitis alveolar, sebagian karena efek vasokonstriksi nikotin pada pembuluh darah kecil.
Penyebab utama ostitis alveolar adalah hilangnya bekuan darah pada soket pencabutan. Kondisi ini biasanya berkembang antara hari ketiga dan kelima setelah pencabutan. Hilangnya bekuan darah meninggalkan soket kosong, menyebabkan tulang alveolar terpapar ke rongga mulut. Pada soket kering, penyembuhan berlangsung lebih lama karena jaringan harus tumbuh dari gingiva di sekitarnya, yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan organisasi bekuan darah yang normal. Gejala awal soket kering meliputi nyeri tumpul atau berdenyut di area pencabutan, dengan intensitas yang bervariasi dari sedang hingga parah. Nyeri ini biasanya mulai muncul pada hari kedua hingga keempat setelah pencabutan. Gejala lain yang sering muncul adalah bau mulut tidak sedap (halitosis) dan rasa tidak enak di mulut.
Terapi ostitis alveolar berfokus pada menghilangkan rasa sakit dan mencegah infeksi. Infeksi pada soket setelah pencabutan berbeda dari soket kering, meskipun infeksi sekunder dapat terjadi pada kasus soket kering. Infeksi ini biasanya dapat diatasi dengan antibiotik dan obat antiinflamasi. Namun, penting untuk mengidentifikasi dan menangani penyebab utama soket kering agar tidak kambuh. Selain antibiotik, dokter akan membersihkan dinding soket yang terkontaminasi secara mekanis. Setelah nanah dikeluarkan, luka akan dicuci untuk mencegah infeksi lebih lanjut. Rasa sakit dapat dikurangi dengan aplikasi losion analgesik dan anestesi beberapa kali sehari hingga penyembuhan selesai.