Hubungi Kami

Jam kerja

Senin sampai Sabtu, 09.00-18.00

Sindrom mulut terbakar

Sindrom mulut terbakar adalah kondisi yang ditandai dengan rasa terbakar yang terus-menerus dan berkepanjangan di dalam mulut tanpa penyebab yang jelas.

Sayangnya, kondisi ini cukup umum terjadi, terutama pada pasien usia lanjut. Penderitanya sering kali merasakan sensasi terbakar yang mengganggu, tetapi tidak dapat mengidentifikasi secara pasti penyebabnya.

Penyebab:

Salah satu tantangan terbesar dari kondisi ini adalah sulitnya menentukan penyebab pasti dalam banyak kasus, yang membuat perawatannya menjadi lebih rumit. Sindrom mulut terbakar (Burning Mouth Syndrome atau BMS) dapat dikategorikan menjadi dua jenis: BMS primer dan BMS sekunder. Pada BMS primer, tidak ada penyebab medis yang jelas, sehingga sulit bagi dokter untuk menghubungkannya dengan kondisi tertentu. Sementara itu, BMS sekunder dikaitkan dengan berbagai faktor medis yang mendasarinya. Beberapa penyebab potensial BMS sekunder meliputi refluks asam, alergi terhadap bahan seperti gigi palsu atau pasta gigi, ketidakseimbangan hormon, stres, xerostomia (mulut kering), kekurangan vitamin dan mineral, diabetes, infeksi, serta efek samping obat-obatan tertentu. Depresi dan kecemasan, yang semakin umum di dunia modern, juga bisa menjadi pemicu. Selain itu, kondisi yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, gangguan saraf, terapi radiasi, dan infeksi jamur dapat berkontribusi terhadap munculnya sensasi terbakar ini.

Jenis:

Sindrom mulut terbakar dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok berdasarkan pola gejala yang dialami pasien.

Tipe 1 mencakup pasien yang memulai hari tanpa gejala apa pun, tetapi seiring berjalannya waktu, sensasi terbakar mulai muncul dan semakin terasa menjelang sore atau malam hari.
Tipe 2 terdiri dari pasien yang mengalami gejala sepanjang hari tanpa jeda, tetapi gejala tersebut mereda saat malam tiba.
Tipe 3 ditandai dengan gejala yang muncul secara berkala tanpa pola yang jelas. Pada tipe ini, pasien mungkin mengalami hari-hari tanpa keluhan, diikuti oleh periode kambuh yang tidak terduga.

Gejala:

Gejala awalnya berupa sensasi terbakar yang tidak terkendali di seluruh rongga mulut, termasuk lidah, tenggorokan, gusi, bibir, dan langit-langit mulut. Sensasi ini sering kali disertai dengan mulut kering, yang membuat pasien merasa haus terus-menerus. Awalnya, tidak ada perubahan pada indra perasa, tetapi seiring waktu, pasien dapat mengalami perubahan rasa hingga kehilangan kemampuan merasakan makanan sepenuhnya. Gejala ini bervariasi dari satu pasien ke pasien lainnya. Rasa terbakar dapat muncul sesekali dan berlangsung selama beberapa jam atau bahkan berhari-hari. Sensasi ini juga bisa menyakitkan dan menyebabkan mati rasa. Menariknya, beberapa pasien justru merasa lebih nyaman saat makan atau minum makanan tertentu. Pada sebagian besar kasus, rasa terbakar muncul secara perlahan, dimulai dengan sensasi ringan di pagi hari dan semakin meningkat di siang hari. Beberapa pasien juga melaporkan adanya rasa logam atau pahit di mulut. Yang membuat kondisi ini semakin membingungkan adalah gejalanya bisa bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, lalu tiba-tiba menghilang tanpa alasan yang jelas.

fungal-infection-burning-mouth

Pengobatan:

Pengobatan sindrom mulut terbakar (BMS) sangat bergantung pada penyebabnya. Jika BMS bersifat primer, pengobatan menjadi lebih sulit karena tidak ada penyebab yang jelas untuk ditangani. Dalam kasus seperti ini, dokter gigi akan fokus pada pereda gejala dan berusaha membuat pasien merasa lebih nyaman. Untuk BMS sekunder, langkah pertama adalah menemukan dan menghilangkan penyebab yang mendasarinya. Jika kondisi ini dipicu oleh alergi, maka sumber alergi tersebut harus dihindari, misalnya dengan mengganti bahan gigi palsu. Jika penyebabnya adalah ketidakseimbangan hormon, maka terapi hormonal mungkin diperlukan. Pasien dengan diabetes harus menjaga kadar gula darahnya tetap stabil, sementara refluks asam perlu ditangani dengan obat-obatan yang sesuai. Selain itu, ada beberapa perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengurangi gejala. Pasien disarankan untuk menghindari makanan pedas, minuman asam, dan alkohol, serta berhenti merokok. Mengganti pasta gigi dengan produk yang lebih lembut juga bisa membantu. Mengurangi stres, menjaga pola makan yang sehat, serta menjauhi obat-obatan tertentu yang memperburuk kondisi juga menjadi langkah penting dalam pengobatan. Jika infeksi menjadi penyebabnya, maka harus segera diatasi dengan perawatan medis yang sesuai.