Hubungi Kami

Jam kerja

Senin sampai Sabtu, 09.00-18.00

Bruxism

Bruxism, atau yang juga dikenal sebagai menggertakkan gigi, adalah kondisi di mana seseorang secara tidak sadar menggertakkan dan mengatupkan gigi serta rahang. Biasanya, penderita tidak menyadari kondisi ini karena sering terjadi saat tidur. Akibatnya, mereka bangun dengan sakit kepala, nyeri telinga, ketidaknyamanan pada sendi temporomandibular, nyeri otot, gangguan gigi, dan berbagai gejala lainnya. Bruxism terbagi menjadi dua jenis: bruxism saat terjaga dan bruxism saat tidur. Ada dua jenis bruxism, bruxism saat terjaga dan bruxism saat tidur.

Penyebab:

Penyebab bruxism beragam dan dapat mencakup stres, kecemasan, apnea tidur obstruktif, konsumsi alkohol secara teratur, merokok, dan faktor lainnya. Semua faktor ini berkontribusi terhadap kebiasaan menggertakkan gigi. Pada bruxism saat terjaga, penderita biasanya mengatupkan dan menggertakkan gigi ketika mengalami stres atau tekanan, seperti di tempat kerja atau selama periode stres yang intens. Faktor psikologis memainkan peran besar dalam jenis bruxism ini, di mana ketakutan, kecemasan, dan ketegangan sering dikaitkan dengan kebiasaan tersebut. Bruxism saat tidur juga berhubungan dengan faktor yang sama, meskipun penyebab pastinya masih belum sepenuhnya jelas dalam banyak kasus. Faktor lain yang berkontribusi meliputi usia (sering terjadi pada anak kecil tetapi biasanya hilang dengan sendirinya), kepribadian agresif, faktor genetik, penggunaan obat-obatan tertentu (seperti antidepresan), konsumsi alkohol dan narkoba, serta kondisi mental tertentu.

Gejala:

Gejala umum bruxism, seperti menggertakkan dan mengatupkan gigi, mungkin tidak langsung terlihat. Banyak pasien bahkan tidak menyadari bahwa mereka mengalaminya hingga gejalanya mulai mengganggu tidur mereka. Saat bangun, mereka merasakan ketidaknyamanan tetapi tidak yakin apa penyebabnya. Salah satu gejala yang paling mencolok adalah suara gemeretak atau gesekan gigi yang bisa sangat keras. Sering kali, pasangan atau orang yang tidur di dekat pasienlah yang pertama kali menyadari kebiasaan ini karena suara tersebut dapat membangunkan mereka. Gejala lainnya meliputi nyeri pada rahang dan sendi temporomandibular, abrasi yang terlihat pada permukaan gigi, serta permukaan gigi posterior yang rata dan gigi depan yang tampak lebih pendek. Dalam beberapa kasus, gigi bisa terkelupas atau patah. Jika bruxism terus berlanjut, enamel akan terkikis, menyebabkan dentin terekspos. Beberapa pasien bahkan mengalami eksposur pulpa, yang membuat gigi mereka sangat sensitif terhadap minuman dingin, panas, dan bahkan air. Dalam kasus yang lebih parah, mereka bisa mengalami kesulitan membuka mulut sepenuhnya akibat nyeri sendi yang hebat. Bruxism juga dapat menyebabkan hipertrofi otot pengunyahan, yang dapat memengaruhi bentuk wajah. Selain itu, sakit kepala yang sering terjadi juga menjadi salah satu gejala umum dari kondisi ini.

nyeri masseter

Pengobatan:

Jika bruxism tergolong ringan, terkadang tidak memerlukan pengobatan. Namun, pada kasus yang lebih parah dengan gejala yang mengganggu, perawatan menjadi perlu. Pengobatan biasanya mencakup penggunaan pelindung mulut atau belat oklusal yang dipakai saat tidur. Alat ini membantu mengurangi tekanan pada sendi temporomandibular dan mencegah keausan gigi lebih lanjut. Dalam beberapa kasus, terapi relaksasi otot juga dapat digunakan sebagai tambahan untuk mengurangi ketegangan otot rahang. Langkah pertama dan terbaik dalam pengobatan bruxism adalah mengidentifikasi penyebabnya. Jika faktor pemicunya dapat diatasi, kemungkinan besar pasien akan berhenti menggertakkan dan mengepalkan gigi. Jika bruxism muncul pada usia dini, sering kali kondisi ini akan hilang dengan sendirinya seiring waktu. Namun, untuk memastikan langkah penanganan yang tepat, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter gigi.

Nama
Lajang atau berkeluarga? (kalau berkeluarga, berapa jumlah anggotanya)
Pilih hotel mitra yang direkomendasikan untuk kunjungan Anda.
Bagikan komentar atau permintaan apa pun mengenai hotel pilihan Anda